BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Ilmu pengetahuan
dan pendidikan serta teknologi semakin berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Bangsa yang tidak ingin tertinggal dalam penguasaan ilmu pengetahuan pendidikan
dan teknologi harus mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Untuk meningkatkan kualitas SDM
diperlukan pula adanya peningkatan mutu
pendidikan. Salah satu kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah
guru. Guru secara langsung dapat menciptakan kondisi dan situasi yang
memungkinkan siswa membentuk dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar
dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan
dikembangkan lebih lanjut.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 bab II
menjelaskan:
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman kepada tuhan, berakhlak,sehat,berilmu,kreatif mandiri dan menjadi warga
negara yang bertanggung jawab.
Peningkatan mutu pendidikan dapat pula
dilihat dari pembelajaran yang berlangsung pada sekolah tersebut baik proses
pembalajaran maupun hasil belajar siswa.
Menurut UNESCO,pendidikan pada abad ini
harus diorientasikan terhadap pencapaian 4 pilar pembelajaran yaitu :
1.
Learning
to know (belajar untuk tahu)
2.
Learning
to do ( belajar untuk melakukan )
3.
Learning
to be ( belajar untuk menjadi diri sendiri ),dan
4.
Learning
to live together (belajar bersama dengan orang lain)
Bila
seorang guru dapat membekali siswanya dengan memberi pondasi 4 pilar tadi dapat
berdiri kokoh,betapa bahagianya siswa yang mempunyai guru atau pendidik yang
berkualitas seperti itu. untuk mendapatkan hasil dan proses pendidikan yang
maksimal tentunya diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif serta dukungan
dalam pengembangan baik pendekatan,strategi,metode,teknik dan model
pembelajaran.
Menurut Johnson (1991:27) yang
menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara
kelompok kecil,siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar
yang maksimal,baik individu maupun pengalaman kelompok”.
Menurut Slavin (2009:103) Pembelajaran
kooperatif adalah suatu solusi terhadap masalah meniadakan kesempatan berinteranksi
secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik
yang berbeda.
Inovasi pendidikan tidak hanya pada
inovasi sarana dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja melainkan juga
proses pendidikan itu sendiri. Inovasi dalam proses pembelajaran sangat
diperlukan guna meningkatkan prestasi kearah yang maksimal. Inovasi ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan
metode pembelajaran.
Linda Lundgren dalam Muslimin
Ibrohim (2000: 17) menyatakan “Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif cenderung memiliki dampak positif untuk siswa yang rendah hasil
belajarnya.”Hal ini disebabkan pembelajaran kooperatif memanfaatkan
kecenderungan siswa untuk berinteraksi.
Untuk mengetahui pembelajaran
mana yang lebih baik, maka dilakukan penelitian yang berjudul PENGARUH METODE JIGSAW
TERHADAP HASIL BELAJAR DI SDN 1 KARANG
ANYAR tahun ajaran 2015/2016.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah
ada pengaruh yang segnifikan antara hasil belajar IPA siswa yang menggunakan
metode pembelajaran kooperatif model “jigsaw”
dengan metode konvensional?
1.3 Batasan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas,maka batasan masalah yang dikaji dalam penilitian ini adalah pengaruh
model pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar Mata pelajaran IPA SK (Menggolongkan hewan berdasarkan jenis
makananannya) dan KD (Menggolongkan
hewan berdasarkan jenis makanannya) pada siswa SDN 1 karang anyar
kelas IV semester 1 Melihat identifikasi masalah yang dipaparkan diatas, nampak
dengan jelas permasalahan yang ada hubungannya dengan topik penelitian sangat
luas dan kompleks namun karena alasan – alasan tertentu dan untuk mempermudah
kajian teoritisnya dan agar permasalahan yang dihadapi tidak terlalu luas, maka
penulis membatasi masalah tersebut pada : Pengaruh Metode Pembelajaran Jigsaw
dengan Konvensional terhadap Prestasi Belajar IPA kelas IV SDN 1 Karang Anyar.
1.4 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengaruh yang segnifikan antara hasil belajar IPA siswa yang
menggunakan metode pembelajaran kooperatif
model “jigsaw” dengan metode konvensional.
1.5 Manfaat
Manfaat
dalam penelitian ini penulis bagi menjadi dua bagian, melputi manfaatteoritis
dan manfaat praktis, antara lain :
Manfaat teorotis, meliputi ;
1.
Mengaktualisasikan teori – teori keilmuan yang telah dipelajari sebagai sarana
kreatifitas berfikir ilmiah.
2.
Merelevansikan teori – teori keilmuan yang telah didapatkan dengan tantangan
keadaan yang ada di lapangan.
3.
Sebagai wujud kepedulian terhadap pemecahan masalah yang ada di dunia
pendidikan terutama sekolah.
4. Bagi
Penulis, harapan penulis dengan penyusunan karya tulis ini semoga dapat bermanfaat
untuk memenuhi salah satu tugas dalam pengajuan proposal skripsi dalam mencapai
gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S.Pd.)
5. Bagi
Sekolah khususnya lembaga yang menjadi objek penelitian ini, berguna sebagai
bahan masukan mengenai masalah – masalah kegiatan belajar mengajar.
6. Bagi
Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi, sumbangan
pemikiran, penambah pengetahuan, keterampilan sebaagi guru yang profesional.
7. Bagi
Universitas Abdurachman Saleh Situbondo, sebagai lembaga pendidikan yang
mendorong penulis mengajukan proposal ini, semoga berguna untuk masukan dan
bahan kajian dalam pengembangan keilmuan dan penambah koleksi perpustakaan.
Manfaat
Praktis, meliputi ;
1. Bagi Penulis, harapan penulis dengan
penyusunan karya tulis ini semoga dapat bermanfaat untuk memenuhi salah satu
tugas pengajuan proposal skripsi dalam mencapai gelar akademik Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (S.Pd.)
2. Bagi Sekolah khususnya
lembaga yang menjadi objek penelitian ini, berguna sebagai bahan masukan
mengenai masalah – masalah kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi Guru, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi, sumbangan pemikiran, penambah
pengetahuan, keterampilan sebaagi guru yang profesional.
4. Bagi Universitas
Abdurachman saleh Situbondo, sebagai lembaga pendidikan yang mendorong penulis
mengajukan proposal ini, semoga berguna untuk masukan dan bahan kajian dalam
pengembangan keilmuan dan penambah koleksi perpustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Pada kajian pustaka
di bawah ini akan dijelaskan tentang beberapa teori yang mengkaji mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti antara lain
mengenai penerapan metode jigsaw,hasil belajar.
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw
pertama kali dikembangkan dan di uji cobakan oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas,dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan
teman-teman di Universitas John Hopkins (Lie,2007).Metode jigsaw dikembangkan
sebagai metode cooperative learning.
Teknik
ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,menulis,mendengarkan,ataupun
berbicara.
Model pembelajaran
kooperatif
Tipe jigsaw adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif Tipe jigsaw adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan
menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw merupakan suatu cara
pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang
untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama
selama proses
pembelajaran.
Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15)
menyatakan pembelajaran
kooperatif Tipe Jigsawdapat meningkatkan belajar siswa
lebih
baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku
sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,2010: 37).
Anita Lie (2007: 29)
mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.
Ada lima unsur dasar
pembelajaran
cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
dengan benar
akan menunjukkan
pendidik mengelola kelas lebih efektif.
1.
Johnson (Anita Lie,2007: 30)
mengemukakan dalam model
pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
2.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative
learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung
jawab perseorangan,
tatap muka, komunikasi intensif antar
siswa, dan
evaluasi proses
kelompok
(Arif Rohman, 2009: 186).
3.
Cooperative
learning menurut Slavin (2005: 4-8)
merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu
sama lain dalam mempelajari materi
pelajaran. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar
kelompok karena
dalam model pembelajaran ini harus ada struktur
dorongan dan tugas yang
bersifat kooperatif
sehingga memungkinkan terjadi
interaksi secara
terbuka
dan
hubungan-hubungan
yang
bersifat interdependensi efektif
antara
anggota kelompok.
4.
Agus Suprijono
(2009: 54) mengemukakan bahwa
pembelajaran
kooperatif adalah
konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara
umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan- pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan
informasi yang dirancang
untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang
dimaksudkan. Guru
biasanya menetapkan bentuk
ujian tertentu pada akhir
tugas.
5.
Anita Lie (Agus Suprijono, 2009: 56) menguraikan
model
pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia
adalah
makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci seseorang dapat menempatkan
dirinya di lingkungan sekitar.
6. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan
siswa dalam
kelompok-kelompok
kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik
yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran.
B.
Tabel Sintaks Pembelajaran
Kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
|
Fase 2:
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
|
Fase 4:
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
|
Fase 5: Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase 6:
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
C. Jigsaw II
berisi siklus kegiatan pembelajaran berikut ini :
1. Membaca
2. Diskusi
kelompok tim ahli
3. Laporan
hasil diskusi
4.
Penilaian
5.
Penghargaan kelompok
D.
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Stephen, Sikes, dan Snapp (Rusman, 2011: 220) menyebutkan
langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif Jigsaw,
sebagai berikut:
a. Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim.
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d. Anggota dari tim yang berbeda
yang telah mempelajari bagian/
sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan subbab yang sama.
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim kelompok
asal tentang subbab yang siswa kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberi evaluasi.
E.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar,Hasil belajar adalah
perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat
dari interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Berdasarkan
pengertian hasil belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspek –
aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari tentang konsep, maka
perubahan perilaku yang diperolah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran
IPA untuk mencapai hasil belajar yang
memuaskan diperlukan aktivitas siswa yaitu dengan melakukan aktivitas langsung
.
Melalui
aktivitas tersebut pembelajar akan lebih mengena pada siswa.Selain itu siswa
juga perlu berinteraksi dengan siswa yang lain untuk membuat simpulan dengan
benar.
F. Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi
yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.
Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila
dibandingkan
pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor,Hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
Teori
Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori
ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincianya adalah sebagai
berikut :
a. Ranah
Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian.
b.
Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau
reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks
nilai.
c. Ranah
Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik,
manipulasi benda-benda,koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Hasil
belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami
belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Ada tiga bagian macam hasil belajar yaitu,
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian serta sikap dan
cita-cita.
Pendapat
dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses
belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada dIri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa
tersebut.
Menurut
Winkel (dikutip oleh purwanto,2010) hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam dalam sikap dan tingkah lakunya.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa
hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang
telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan
tersimpan
dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena
hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Nana
Sudjana (2010: 5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik
Mulyasa
(2008) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara
keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku
yang bersangkutan.Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan
sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang
mengacu pada pengalaman langsung.
Menurut
Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan,nilai-nilai,pengertian-pengertian,sikap-sikap,apresiasi dan
keterampilan.
2.2
Kerangka Berfikir
Berdasarkan
uraian dari kajian pustaka diatas,maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran.Dalam
proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan siswa melalui
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai prestasi belajar yang
maksimal.Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa
faktor penting,baik faktor intern maupun ekstern yang perlu diperhatikan dala
meningkatkan keefektifan kegiatan belajar mengajar dan juga prestasi belajar
siswa.
Metode
pembelajaran kooperatif saat ini masih terus dikembanggkan untuk meningkat
prestasi belajar siswa, dimana kebnayakan pembelajaran saat ini masih
menggunakan metode konvensional dengan ceramah .Berdasarkan kajian teori yang
ada,metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dinilai dapat meningkatkan
prestasi belajar dalam pembelajaran ipa. Pembelajaran kooperatif sendiri
memiliki banyak tipe dengan karakteristik yang berbeda pula Sala satunya adalah
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang mempunyai spesialiasi tugas.
Dalam jigsaw siswa dikelompokkkan menjadi kelompok asal yang kemudian mereka
diberikan beberapa subtopik.
Setiap siswa mempelajari 1
subtopik kemudia siswa berkelompok sesuai subtopik yang mereka pelajari
(kelompok ahli)
Berdasarkan
uraian tersebut,peneliti menyususun hipotesis bahwa pembelajaran mmenggunakan
metode kooperatif tipe jigsaw akan memberikan hasil belajar siswa yang lebih
baik dibandingkan dengan metode konvensional.
2.3
Kajian Pustaka
Kajian
pustaka penerapan metode jigsaw II pada pembelajaran ipa dapat meningkatkan
hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar menurut skripsi Efrilia Metha
2013/2014 mulai dari prasiklus,siklus 1 dan siklus 2. Penerapan metode jigsaw
II ini menumbuhkan semangat belajar siswa yang aktif,bertanggung jjawab dan
saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok. Selain itu,siswa yang
memiliki kemampuan rendah dibantu oleh siswa lain yang berkemampuan lebih
tinggi darinya baik dalam satu kelompok (kelompok asal dan kelompok ahli)untuk
mennjadi tutorialnya.
Hasil
belajar matematika tentang mengindentifikasi sifat-sifat bangun ruang pada
siswa kelas V di SDN 4 Sumber Anyar kec. Banyu putih – situbondo tahun ajaran
2013 / 2014 melaui penerapan metode jigsaw II mengalami peningkatan dari
prasiklus I ke siklus 2. Pada prasiklus nilai rata-rata kelas sebesar 70,00. Siklus
I nilai rata-rata kelas sebesar 75,22. Siklus 2 nilai rata-rata kelas sebesar
83,44. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari prasiklus ke siklus 1 sebesar
5,22. Dan peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar
8,22 Persentase hasil belajar matematika tentang mengindentifikasi sifat-sifat
bangun ruang pada siswa kelas V semester 2 di SDN 4 Sumber Anyar Kec. Banyu
putih – situbondo tahun ajaran 2013 / 2014 melalui penerapan metode jigsaw II
mengalami peningkatan dari prasiklus ke siklus 1 ke siklus 2 dapat mencapai
ketuntasan sesuai KKM ≥ 65 dengan persentase ketuntasan hasil belajar prasiklus
55,56 meningkat pada siklus 1 sebesar 72,22%. Kemudian pada siklus 2 meningkat lagi menjadi
86,11%. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa dari prasiklus ke siklus 2
meningkat 16,66% dan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 13,89%.
2.4 Hipotesis Penelitian
Ha
: Terdapat pengaruh yang segnifikan
antara hasil belajar IPA siswa yang menggunakan metode pembelajaran
kooperatif model “jigsaw” dengan metode konvensional.
Ho
: Tidak terdapat pengaruh yang seginifikan antara hasil belajar
IPA siswa yang menggunakan metode
pembelajaran kooperatif model “jigsaw” dengan metode konvensional.
BAB III
Metodologi Penilitian
3.1 Metode
Penilitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode kooperatif tipe jigsaw dan metode konvensional (ceramah) pada
mata pelajaran IPA, SK (Menggolongkan
hewan berdasarkan jenis makananannya) dan KD (Menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya) untuk siswa kelas
IV SDN 1 Karang anyar.Oleh karena itu, dalam penelitian
ini
menggunakan metode penelitian eksperimen.
Sugiyono
(2009: 108), mengatakan bahwa terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang
dapat digunakan dalam penelitian
eksperimen yaitu pre exsperimental
design, true exsperimental design, factorial design dan quasi exsperimental design.
Penelitian
ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas pertama yang diajar dengan metode
kooperatif tipe jigsaw dan kelas kedua yang diajar dengan metode konvensional
(Ceramah). Dalam penelitian ini digunakan pretest dan posttest
untuk mengukur kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa. Penelitian ini
termasuk penelitian eksperimen dalam jenis penelitian
eksperimen
semu (quasi experimental).
Bentuk desain eksperimen menggunakan desain pretest and posttest group design
E
|
X
|
O1
|
K
|
-
|
O2
|
Keterangan
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
X : Media Lingkungan
- : Media Konvensional
O1 dan O2 : Hasil Belajar
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan perlakuan antara kelas
eksperimen 1 dan kelas eksprimen 2,dimana pada kelas eksperimen 1,pembelajaran
disampaikan dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jisaw dan kelas eksperimen 2 menggunakan
metode pembelajaran Konvensional.
Pada awal pembelajaran kedua kelas diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing kelas
tersebut. Proses pembelajaran di kelas, materi yang disampaikan sama antara
kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 hanya metode pembelajarannya saja
yang berbeda. Dalam kelas eksperimen 1 siswa belajar dengan menggunakan metode
kooperatif tipe jisaw. Pada kelas eksperimen 2 guru mengajar dengan metode
Konvensional. Proses akhir pembelajaran kedua kelas diberi posttest untuk mengetahui hasil
belajar siswa. Posttest
dilakukan di kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dengan soal evaluasi
yang sama. Data-data yang diperoleh dari soal posttest yang telah diujikan pada kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 dianalisis sesuai dengan statistik yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa pada
akhir materi yang telah disampaikan.
3.2 Tempat Dan Waktu
1. Tempat Penilitian
Penilitian ini dilaksanakan di SDN 1 Karang Anyar yang berlokasi
di Desa karang anyar Kecamatan klabang Kabupaten Bondowoso.
2. Waktu Peniltian
Waktu penelitian ini dimulai
dari pengajuan proposal pada tanggal 8 Juni 2015.
Subjek penilitian ini adalah
Yang menjadi
subyek adalah siswa kelas 4 SDN 1 karang anyar dan yang menjadi obyek
penilitian adalah pengelompokkan siswa dengan menggunakan metode kooperatif
tipe jigsaw di SDN 1 karang anyar.
3.3 Populasi Dan Sampel Penilitian
3.3.1
Populasi
populasi adalah
kumpulan dari individu dengan kulitas serta ciri-ciri yang telah di tetapkan.
Kualitas ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuat populasi dengan jumlah
individu tertentu dinamakan populasi vinit sedangkan, jika jumlah individu
dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak
terhingga disebut populasi invinit.
Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Gugus 2 yang ada di Kecamatan Klabang,
Bondowoso pada Tahun Akademik 2015/2016.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah
bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian.
Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar dari semua
unsur sampling dalam populasi sampling.
Sedangkan sampel
penelitiannya adalah dua sekolah yang masing-masing terdiri dari satu kelas
sebagai eksprimen dan satu kelas sebagai kontrol dengan teknik random sampling.
3.4 Variabel Penilitian
Dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat dua jenis variabel,
yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Variabel bebas (independent variable)
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel terikat (dependent variable). Sedangkan variabel
terikat (dependent variable) adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas (independent variable).
Penelitian
yang dilakukan memiliki variabel meliputi:
1.
Variabel bebas : - Metode Kooperatif tipe jigsaw
- Metode Konvensional
2. Variabel
terikat : Hasil belajar IPA.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Hasil belajar dalam penelitian
ini adalah skor yang di peroleh siswa setelah menjawab tes dalam bentuk pilihan
ganda dengan 4 pilihan jawaban sebanyak 20 butir soal. Tes tersebut dibuat
berdasarkan indikator pada silabus yang tercantum pada SK dan KD pembelajaran
yang dijadikan obyek penelitian.
3.5.1 Metode
Kooperatif Jigsaw
pembelajaran kooperatif Tipe
jigsaw adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.
3.5.2 Metode
Konvensinal
Metode konvensional adalah metode yang di pakai guru pada
umumnya atau sering dinamakan metode konvensional , metode pembelajaran
konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan
metode cerama, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses KBM.
3.6 Prosedur Penilitian
Tahap Persiapan
|
1. Mengurus surat
ijin penilitian
2. Survey tempat
uji coba instrumen dan penilitian
3. Membuat
instrumen penilitian RPP
4. Uji coba instrumen,
analisis hasil uji coba
instrumen, dan perbaikan instrumen
|
Tahap Pelaksanaan
|
3.7
Metode pemgumpulan data
Metode pengumpulan
data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data empiris yang dipergunakan untuk
penelitian. Dalam pengumpulan data ini
terlebih dahulu ditentukan sumber data, kemudian jenis data, metode pengumpulan
data, dan instrumen yang digunakan secara lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut:
Sumber data
|
Jenis data
|
Metode
pengumpulan data
|
Instrumen
|
Kelas
eksperimen dan kelas kontrol
|
Hasil
belajar siswa setelah diterapkan
Pendekatan pembelajaran kooperatif dan Konvensional
|
Melaksanakan
tes akhir (posttest)
|
10
Butir Pilihan ganda
|
Tes
pada penelitian ini yaitu:
a.
Posttest
Posttest merupakan pengetesan akhir, dengan kata lain tes yang dilakukan
setelah dilakukan eksperimental. Posttest dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh nilai populasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimental. Posttest
dilakukan setelah kelompok-kelompok tersebut di dalam kelas diberi perlakuan
berupa penggunaan metode konvensional ceramah dan tanya jawab untuk kelompok
kontrol dan penggunaan metode kooperatif tipe jigsaw untuk kelas eksperimental.
3.8
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berupa tes dan lembar pengamatan.
1.
Instrumen Test
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar IPA siswa pada materi (Menggolongkan hewan berdasarkan jenis
makananannya). Test ini berupa posttest. Test yang diberikan berupa soal
pilihan ganda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi yang akan
diajarkan telah diketahui oleh siswa. Posttest dilakukan di akhir
pembelajaran dimana bertujuan untuk mengetahui apakan indikator pembelajaran
yang diajarkan telah dikuasai dengan baik oleh siswa. Hasi kedua test tersebut
di dua kelas eksperimen kemudian digunakan sebagai data yang kemudian akan dianalisis.
2. Kisi-kisi pembuatan Tes
Variabel
|
Jenis Instrumen
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Aspek
|
||
C1
|
C2
|
C3
|
||||
Hasil Belajar
|
Soal Tes
|
Menggolongkan
hewan berdasarkan jenis makanannya.
|
o Mencirikan hewan berdasarkan
makanannya
o Mengklasifikasi hewan
berdasarkan kelompok karnivora,herbivora dan omnivora .
o Memberikan alasan atas
penggolongan makanan.
|
3. Rubrik
Penskoran
Rumus
|
Rerata Skor
|
Klasifikasi
|
80
< X ≤ 100
|
Sangat Tinggi
|
|
60
< X ≤ 80
|
Tinggi
|
|
40
< X ≤ 60
|
Sedang
|
|
20
< X ≤ 40
|
Rendah
|
|
0
< X ≤ 20
|
Sangat Rendah
|
4. Lembar
Pengamatan
Lembar pengamatan dalam penelitian ini digunakan saat pembelajaran
berlangsung di kedua kelas eksperimen. Lembar ini digunakan
dengan tujuan untuk mempermudah observer memperoleh informasi bagaimana
jalannya pembelajaran dengan metode yang diterapkan. Lembar pengamatan disini
berupa lembar observasi jalannya pembelajaran dan lembar pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran itu sendiri.
5.
Analisis Item
Setelah dilakukan
uji coba tes maka di analisis item untuk mengetahui Validitas dan
Reabilitasnya.
1. Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
isi. Validitas isi instrumen tesdapat diketahui dari kesesuaian instrumen test
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan. Validitas ini
diperoleh melalui penilaian dari pendapat ahli yang dalam hal ini adalah dosen
ahli untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah mewakili apa yang akan
diukur.
2. Reliabilitas
Reliabilitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Spearman
Brown dibawah ini:.
Keterangan:
r11
= Reliabilitas instrument
rb
= korelasi product momen
antara
belahan
pertama
dan
kedua, dengan rumus
3.9 Analisis Data
a. Uji
Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data atau
sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas dilakukan di kedua kelas eksperimen. Uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan
SPSS 16.0 for windows
(koyan, 2012:90)
Keterangan :
= Chi Kuadrat
= Frekuensi yang
diperoleh sampel
= Frekuensi yang
diharapkan
Kriteria pengujian
data berdistribusi normal jika hit < tabel dengan taraf
signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk-(k-1)
b.
Uji Homogenitas
Uji
homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data atau sampel yang
diambil berasal dari varian yang homogen atau tidak. Populasi dikatakan homogen
jika variansinya sama.
H0 : σ12 = σ22 (Data kelas eksperimen 1 = data
kelas eksperimen 2)
H1 : σ12 ≠ σ22 (Data
kelas
eksperimen 1 ≠ data
kelas eksperimen 2)
Statistik uji : (Walpole, 1995: 314)
Keterangan:
S12 = variansi data kelas eksperimen 1
S22= variansi data kelas eksperimen 2
c.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil nilai
posttest kelas
eksperimen. Metode pembelajaran yang di
lakukan dikatakan berpengaruh
jika hasil posttest
siswa minimal mencapai
KKM yaitu
75 dan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih berpengaruh dibandingkan metode pembelajaran
konvensional
ditinjau
dari hasil belajar ipa siswa
pada materi pokok (Menggolongkan hewan berdasarkan jenis
makanannya), dijabarkan sebagai berikut:
Metode pembelajaran jigsaw
dikatakan
berpengaruh terhadap hasil belajar ipa siswa jika
rata-rata nilai posttest siswa minimal mencapai KKM yaitu 75.
Hipotesis:
H0 : μ ≤ 74,9
H1 : μ > 74,9
Taraf nyata : α = 0,05
Kriterian keputusan : H0 ditolak jika
Statistik uji : (Walpole, 1995: 305)
Keterangan
|
μ0
= nilai yang dihipotesiskan (75)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sudrajat, Cooperative Learning
teknik - Jigsaw
Anita Lie.2007.Cooperative Learning.Jakarta : Grasindo.
Dalam http://akhmadsudrajat.
wordpress.com.
Isjoni. (2007). Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran
Kelompok).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce, Bruce, Marsha Weil, With Emily Calhoun, 2000: Models of
Teachings
Boston; Alyn and Bacon.
Muhadjir, Noeng, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Narulita Yusron.Bandung : Nusa Media.
Slavin,Robert E.2010.Cooperative Learning:Teori,Riset dan
Praktek, alih bahasa
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
Alfabeta
Suarmika E. Putu, 2014. Penelitian
Pendidikan SD, Situbondo: Universitas abdurachman Saleh
Instrumen soal Posttes
1.
Herbivora adalah golongan hewan pemakan?
a.
Tumbuhan c. segala
b.
Daging d. jagung
2.
Hewan apa saja yang termasuk tergolong hewan
herbivora?
a.
Gajah,singa,ular c.
Gajah,sapi,kambing
b.
Semut,kucing,buaya d. singa,sapi,kambing
3.
Karnivora adalah golongan hewan pemakan?
a.
Daging c.
segala
b.
Tumbuhan d.
rumput
4.
Hewan apa saja yang tergolong hewan karnivora?
a.
Sapi,buaya,kerbau c. Ikan,anjing,gajah
b.
Buaya,singa,kucing d. gajah,singa,beruang
5.
Omnivora adalah golongan hewan pemakan ?
a.
Tumbuhan c.
segala
b.
Daging d.
jagung
6.
Hewan apa yang tergolong hewan omnivora?
a.
Ayam c.
buaya
b.
Sapi d.
komodo
7.
Sebutkan ciri-ciri hewan yang tergolong kedalam
herbivora?
a.
Mempunyai taring dan kuku yang tajam
b.
Mempunyai ekor dan belalai
c.
Tidak mempunyai taring dan pemakan tumbuhan
d.
Mempunyai kaki dan badan yang besar
8.
Apa saja ciri-ciri hewan yang tergolong kedalam
karnivora?
a.
Mempunyai ekor dan belalai
b.
Tidak mempunyai taring dan pemakan tumbuhan
c.
Mempunyai kaki dan badan yang besar
d.
Mempunyai taring dan kuku yang tajam
9.
Apa saja ciri-ciri hewan yang tergolong kedalam omnivora?
a.
Memakan makanan apa saja
b.
Suka memamakan daging
c.
Tidak mempunyai taring
d.
Mempunyai kaki dan badan yang besar
10.
Apa perbedaan golongan hewan herbivora,karnivora
dan omnivora?
a.
Mempunyai taring dan kuku yang tajam
b.
Pemakan segala
c.
Pemakan tumbuhan
d.
A,B,C semua benar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar