DAFTAR
ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................ 5
1.3 Tujuan
Penelitian.............................................................................. 5
1.4 Manfaat
Penelitian........................................................................... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembahasan
Teori............................................................................. 7
2.1.1
Pengertian Pendidikan............................................................ 7
2.1.2
Hasil Belajar.......................................................................... 10
2.1.3
Pengaruh Tingkat
Pendidikan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Anak 13
2.2. Kerangka
Berpikir............................................................................ 6
2.3. Hipotesis
Penelitian........................................................................ 15
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan
Penelitian..................................................................... 16
3.2. Populasi
dan Sampel...................................................................... 17
3.3. Definisi
Operasional....................................................................... 17
3.4. Instrumen
Penelitian....................................................................... 18
3.5. Metode
Pengumpulan Data............................................................ 19
3.6. Analisis
Data ................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN –LAMPIRAN
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan
menurut Undang-undang Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkaan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya (Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,
2004, hal. 37). Untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan tersebut
manusia memasuki dunia pendidikan melalui proses belajar, dalam proses tersebut
muncul pengaruh yang dapat membawa perubahan sikap atas manusia yang
dipengaruhinya. Seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menurut setiap orang untuk membekali dirinya lebih baik sehingga mampu
membekali diri dengan perkembangan yang ada. Salah satu untuk membekali diri
adalah pendidikan, baik formal maupun non formal. Komponen yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan pendidikan ada tiga unsur yaitu orang tua, masyarakat,
dan pemerintah (Zaiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi
Aksara, Jakarta 1996, hal. 34).
Dalam
dunia pendidikan formal, fenomena belajar mengajar lebih menekankan pada
tercapainya kegiatan pada diri siswa (murid), karena memang pendidikan formal
merupakan jalur pendidikan yang terstruktur. Melalui pendidikan yang
terstruktur seseorang akan memiliki daya pemikiran yang berbeda, dari sejak
pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi.
Begitupun pengaruhnya pada siswa yang memiliki orang tua yang latar belakang
pendidikan formal orang tua yang berbeda mereka pasti memiliki sikap, moral dan
perilaku yang berbeda dalam kehidupan kesehariannya. Menjadi orang tua tidak
hanya penting bagi keberadaan kita sekarang, tetapi juga bagi masa depan
anak-anak kita, terutama membekalinya dengan Pendidikan Agama Islam bagi anak,
karena kelak orang tua yang memiliki anak yang sukses dan berprestasi dalam
belajarnya merupakan sebuah petualangan, penuh dengan kejutan – kejutan dan
perubahan – perubahan. Pada masyarakat modern tugas dan tanggung jawab
pendidikan pada anak diserahkan kepada suatu lembaga, yaitu sekolah. Sekolah
disini merupakan tempat melakukan kegiatan belajar dalam usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam mewujudkan lembaga pendidikan
diatas orang tua siswa selalu dilibatkan dalam kualitas pendidikan anaknya,
oleh karena itu begitu pentingnya latar belakang pendidikan orang tua bagi
anak, sebagai motivator yang aktif.
Dalam
dunia pendidikan, proses belajar mengajar lebih menekankan terciptanya kegiatan
belajar siswa.Kegiatan yang dilaksanakan pada akhir tahunnya atau akhir semester
dilakukan penilaian (evaluasi). Penilaian sebagai alat akhir untuk mengetahui
keberhasilan kegiatan belajar siswa yang dapat disebut pula dengan sebagai
hasil belajar siswa. Hasil belajar ini secara nyata akan dapat diketahui oleh
siswa setiap akhir semester dinyatakan dalam bentuk angka – angka nilai raport.
Lingkungan
tempat tinggal dan adanya dorongan internal yang muncul dari dalam diri anak
sehingga timbul suatu kebiasaan pada diri anak, hal itu merupakan pengaruh
dasar dari orang tua apalagi pengaruh religi pada diri anak yang sangat
mendarah daging. Begitupun pengaruh eksternal yang sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar Pendidikan Agama Islam anak tersebut. Namun jika tidak mempunyai minat
yang tinggi dalam dirinya, akan mendapat hambatan dalam mencapai hasil
belajarnya, sehingga hasil yang dicapai dibawah yang semestinya.
Ada
juga persepsi yang menyatakan bahwa orang tua yang tingkat pendidikannya
tinggi, belum tentu ia mampu memberi perhatian yang penuh terhadap pendidikan
anaknya, begitu sebaliknya ada orang tua yang tingkat pendidikannya rendah
tetapi sangat besar perhatiannya terhadap pendidikan anaknya. Namun hakikatnya
sangat berbeda sekali orang tua yang berpendidikan tinggi dengan orang tua yang
berpendidikan rendah yang pasti kelihatan dalam pengaplikasiannya seorang anak
dalam kehidupan perilaku sehari – hari, orang tua yang berpendidikan tinggi
mereka pasti lebih tahu dan mengerti cara mendidik dan mengarahkan anaknya,
mereka mampu memberikan respon yang tepat dan pengasuhan yang efektif dan
mengasyikkan terhadap anaknya. Di samping itu dalam buku Adventures In
Parenting disebutkan bahwa orang tua yang berpendidikan mereka mampu belajar
mengendalikan diri dalam menghadapi anak mereka dan belajar menajamkan kepekaan
dalam menghadapi anak mereka. Orang tua yang berpendidikan mereka sangat
mengerti dan paham bahwa mereka tidak akan meninggalkan generasi mereka atau
anak – anak mereka dalam keadaan lemah, lemah disini lebih ditekankan dalam
artian lemah dari segi intelektualnya untuk berprestasi.
Dalam
Al-Qur’an disebutkan Qs. An-Nisa' : 9 Artinya : "Dan hendaklah takut
kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak –
anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar". Melalui tercapainya sarana belajar yang
memadai, lingkungan tempat tinggal terutama keluarga, minat belajar siswa dan tingkat
pendidikan orang tua yang berbeda. Semua akan berpengaruh terhadap pencapaian
hasil belajarnya. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang sangat
diharapkan orang tua siswa tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
faktor internal yang timbul dari anak itu sendiri dan faktor eksternal yang
timbul diluar pribadinya terutama orang tua sangat berpengaruh dalam pencapaian
prestasi anak – anaknya.
Berdasarkan
hasil observasi pada SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo dan wawancara dengan salah
satu guru SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo, dimana sekolah ini menerima siswa
– siswi dari berbagai macam latar belakang tingkat pendidikan orang tua yang
berbeda. Keragaman tingkat pendidikan orang tua tersebut dapat berpengaruh pada
hasil belajar siswa pada Pelajaran Agama Islam dalam hal memberikan perhatian,
dan sarana belajar yang memadai kepada anaknya, sehingga tingkat pendidikan
orang tua merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan
anak. Nilai KKM Pendidikan Agama Islam di kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan
Situbondo adalah 70. Dari seluruh siswa kelas 4 yang berjumlah 15 tersebut,
hanya ada 5 siswa yang mendapat nilai diatas KKM dan sisanya 10 siswa
mendapatkan nilai dibawah KKM.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Cholilah (2007) dengan judul, “Tingkat
Pendidikan Orang Tua dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa MI Hayatul
Islam Tanah Abang Jakarta Pusat Tahun 2006/2007”, menjelaskan orang tua yang
berpendidikan tinggi kemungkinan besar prestasi yang diraih anaknya akan lebih
baik, karena selalu dalam bimbingan dan pengawasan. Sedangkan orang tua yang
berpendidikan rendah mereka hanya sebatas menyuruh belajar dan mengawasi
dikarenakan keterbatasan ilmu.
Hasil
Penelitian Isna Atik Wildayati (2012), “Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal
Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri
1 Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2011/2012”. Adapun hasil
penelitiannya adalah Tingkat pendidikan formal orang tua tidak mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan dengan prestasi bidang studi PAI di SMP N
1 Ambarawa tahun ajaran 2011/2012. Hal itu dibuktikan dari hasil analisis
regresi satu prediktor, diperoleh Freg = 0,503. Kemudian dikonsultasikan dengan
Ft pada taraf signifikansi 5% (Ft = 4,08) dan pada taraf signifikansi 1% (Ft
=7,31), jadi Freg < Ft yang artinya tidak signifikan. Sedangkan besar
pengaruhnya setelah melewati uji statistik dengan koefesien determinasi
diketahui variabel X (tingkat pendidikan formal orang tua) berpengaruh 1,3%
terhadap variabel Y (prestasi belajar) sedangkan sisanya, variabel Y
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
Penelitian yang
dilakukan oleh Septi Wulandari (2013) dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan
Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V A di SDN Rejondani Madurejo
Prambanan Sleman Yogyakarta Semester I Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil yang
diperoleh dari korelasi product moment
sebesar 0.395 atau 39.5% dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05
berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu terhadap
prestasi belajar siswa kelas V A di SDN Rejondani Madurejo Prambanan Sleman
Yogyakarta semester I Tahun ajaran 2012/2013.
Dari
beberapa uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul "Pengaruh Tingkat Pendidikan
Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 4 pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SDN 3 Kotakan“. Alasan peneliti melakukan penelitian di SDN
3 Kotakan, karena sekolah tersebut mempunyai latar belakang tingkat pendidikan
orang tua siswa kelas 4 yang berbeda – beda. Sehingga memudahkan peneliti untuk
mengetahui adakah pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil belajar
siswa kelas 4 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 3 Kotakan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, rumusan masalah dapat peneliti rumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil
belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan
yang ingin peneliti capai adalah sebagai berikut :
1.
Menjelaskan pengaruh tingkat
pendidikan orang tua terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas
4SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.
1.4
Manfaat Penelitian
Dari
informasi tujuan tersebut, peneliti berharap penelitian ini bermanfaat :
1. Bagi Orang Tua Murid :
Sebagai informasi bimbingan,
mengarahkan dan menciptakan lingkungan religi yang baik yang diberikan pada
anaknya agar dapat memeperoleh prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.
2. Bagi sekolah :
Sebagai bahan pertimbangan untuk
mengambil kebijaksanaan dalam upaya meningkatkan kualitas Pendidikan Agama
Islam disekolah, dan sebagai bahan pustaka disekolah :
3. Bagi Peneliti :
Diharapkan dapat memberi sumbangan
dan penelitian lebih lanjut dan memperkuat serta menambah wawasan sekaligus
kreatifitas berfikir dalam penulisan karya ilmiah.
4. Bagi Pembaca :
Mendapat ilmu pengetahuan dan
tambahan wawasan.
BAB 2. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pembahasan
Teori
2.1.1 Pengertian
Pendidikan
Pendidikan pada umumnya berarti
bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain,
menuju kearah suatu cita- cita tertentu (Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan,
(Jakarta: Aksara Baru, 1982), cet. 1., hlm. 6.). Pendidikan merupakan kegiatan
yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan
untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan,
kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal
dan nonformal disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan
institusi-institusi lainnya(Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 15., hlm. 11.).
“Education is a process of overcoming
natural inclination and subtituting in its place habits acquired under external
pressure” (John Dewey, Experience and Education, 1st. Ed., (New York:
Touchstone Rockefeller Center, 1997), hlm. 17.). (Pendidikan adalah proses
mengatasi kecenderungn alami dan menggantikannya dalam kebiasaan yang diperoleh
dengan keadaan tertekan).
Dari pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan adalah arahan dan bimbingan kepada seseorang dan
merupakan pengaruh dari pengalaman belajar yang terus-menerus dialami seseorang
untuk mencapai sutu tingkat kedewasaan.
a. Pendidikan
Orang Tua
Dapat kita ketahui bahwa setiap orang
tua mempunyai tingkat kehidupan yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari
keluarga mampu, dan ada yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ada yang
berasal dari keluarga berpendidikan tinggi, ada pula yang berasal dari keluarga
berpendidikan rendah. Kesemuanya itu mengakibatkan perbedaan tingkat pendidikan
yang dialami seseorang. Bagi mereka yang berasal dari keluarga mampu banyak
mendapatkan kesempatan yang setinggi-tingginya untuk sekolah, karena biaya
mendukung. Sebaliknya pula bagi mereka yang berasal dari keluarga yang kurang
mampu, tidak banyak mendapatkan kesempatan yang tinggi untuk sekolah karena
biaya yang tidak mendukung. Demikian juga bagi mereka yang berasal dari
keluarga berpendidikan tinggi,merekapun mungkin akan memperoleh kesempatan
untuk sekolah yang tinggi karena orang tuanya akan mempunyai tanggung jawab
terhadap anak-anaknya. Akan tetapi, bagi mereka yang berasal dari keluarga
kurang pendidikannya, mungkin mereka kurang banyak mendapat kesempatan untuk
sekolah karena orang tua kurang tahu akan tanggung jawabnya pada pendidikan
anak-anaknya. Oleh karena itu pengalaman yang dialami seseorang khususnya
pengalaman pendidikan berbeda-beda, baik dilihat dari jalur maupun jenjang
pendidikannya. Untuk lebih jelasnya, maka penulis uraikan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan, antara lain:
b. Tingkat
Pendidikan Orang Tua
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dialami dalam suatu lembaga
formal (maupun informal). Sedangkan orang tua diartikan ayah-ibu kandung (Tim
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), cet. 3., hlm. 802).
Adapun tingkat pendidikan orang tua
yang dimaksud disini adalah jenjang pendidikan formal yang dialami orang tua
yaitu tingkat pendidikan dasar (lulusan SD/MI dan SMP/MTs), tingkat pendidikan
menengah (SMA/MA/SMK atau lainnya yang sederajat) dan tingkat pendidikan tinggi
(perguruan tinggi, diploma atau sarjana), jenjang pendidikan informal dan
jenjang pendidikan non formal.
c. Fungsi
Tingkat Pendidikan Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama
bagi anak- anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dri pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga (Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 35).
Kegagalan orang tua dalam membina anak untuk menjadikan anak yang baik tidak
akan terjadi manakala orang tuanya menjalankan fungsi atau perannya sebagai
orang tua yang bertanggung jawab terhadap anaknya.
Dalam keluarga, orang tua mempunyai
peranan yang sangat vital terhadap kemajuan keluarganya yang meliputi
pendidikan anak- anaknya. Sehingga menurut M. Ngalim Purwanto, orang tua dapat
dikatakan sebagai pendidik sejati, pendidik karena kodratnya (M. Ngalim
Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
cet. 13., hlm. 80).
Setiap orang tua memiliki keinginan
agar anak-anaknya tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang berprestasi dalam
pendidikan. Orang tua ingin agar anak-anak mereka dapat meraih prestasi yang
maksimal di sekolah. Mereka pun mengharapka agar anak-anaknya memiliki
kepribadian dan akhlak yang mulia yang dicintai oleh banyak orang.
Orang tua yang mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi dan pengalaman yang banyak tentunya akan mempengaruhi
gaya kepemimpinannya di dalam keluarga. Sebab semakin tinggi tingkat pendidikan
orang tua maka akan bertambah luas pandangan dan wawasannya, termasuk dalam
mengatur keuarganya.
Bahkan
di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa antara orang yang “tahu” (berilmu dan
tingkat pendidikannya tinggi)berbeda dengan orang yang “tidak tahu” (sedikit
ilmunya dan berpendidikan rendah) dalam cara berpikirnya. Sebagaimana firman
Allah SWT. Dalam (Q.S. az- Zumar/39:9):
... Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (Departemen Agama RI,
AL-JUMANATUL ‘ALI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-ART,
2005), hlm. 459).
Di dalam ayat lain juga dijelaskan
bahwa manusia yang beriman dan berilmu (tinggi) akan ditinggikan derajatnya
oleh Allah SWT. Di dalam al-Quran Allah SWT. telah berfirman dalam (Q.S. al-
Mujadilah/58:11) :
“niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Departemen Agama RI, AL-JUMANATUL ‘ALI Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 543).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
fungsi tingkat pendidikan orang tua dalam keluarga adalah akan dapat memajukan
kepemimpinannya dalam keluarga, terutama dalam mendidik anak- anaknya.
2.1.2 Hasil
Belajar
Menurut Nana Sudjana (2005:3)
menyatakan bahwa hasil belajar pada siswa hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Purwanto
(2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat
belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas
sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi
ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspekkognitif,
afektif dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006:10) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk
angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir
pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan
siswa dalam menerima materi pelajaran.
Eko Putro Widoyoko (2009:1),
mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan
terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun
non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi
didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran.
Benyamin Bloom (Nana Sudjana , 2010:
22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga
ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Ranah
Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap
dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar
atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut.
1) Reciving/ attending (penerimaan)
2) Responding (jawaban)
3) Valuing (penilaian)
4) Organisasi
5) Karaakteristik nilai atau
internalisasi nilai
c. Ranah
Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam
tingkatan keterampilan, yakni:
1) gerakan refleks yaitu keterampilan
pada gerakan yang tidak sadar;
2) keterampilan pada gerakan-gerakan
dasar;
3) kemampuan perseptual, termasuk di
dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain;
4) kemampuan di bidang fisik, misalnya
kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;
5) gerakan-gerakan skill, mulai dari
keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;
6) kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tohirin (2006:155) mengungkapkan
seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu
telah berubah pula sikap dan perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007: 121)
mengungkapkan ranah kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah
ingatan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat
dilatih di SMP dan SMA dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang
ada. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah,
misalnya mengingat rumus, istilah, nama-nama tokoh atau nama-nama kota.
Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada
pengetahuan, misalnya memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Sedangkan aplikasi adalah
penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Menerapkan
abstraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis ke dalam situasi baru disebut
aplikasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, model atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh
setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh
sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu.
Di antara ketiga ranah tersebut, ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran
(Nana Sudjana, 2005: 23).
Dalam pembatasan hasil pembelajaran
yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan
(C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).
2.1.3
Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebut bahwa : orang tua artinya ayah dan ibu (Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), hal. 99).
Sedangkan menurut Miami M.Ed.
dikemukakan bahwa : .orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam
perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu
dari anak-anak yang dilahirkannya (Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu
Anak, Sari Psikologi Terapan, (Jakarta :Rajawali Press,1982), hal. 8).
Orang tua sebagai pembentuk pribadi
pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup
mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan
sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Salah satu
tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapat anak yang akan menjadi generasi
penerus.
Untuk mewujudkan keinginan dan
cita-citanya di dalam mengembangkan dan bimbingan generasi penerus yang baik,
sehat jasmani dan rohani maka perlu pola pemikiran yang terpadu antara suami
istri atau orang tua yang berasal dari dua kutub yang berbeda, mereka harus
saling mempunyai toleransi dan penyesuaian diri yang baik, sehingga kedua belah
pihak saling melengkapi, bila masing-masing dapat menahan diri untuk tidak mementingkan
diri sendiri, maka akan dapat tercipta suatu keluarga harmonis dan bahagia.
Orang tua adalah figur dalam proses pembentukan kepribadian anak, sehingga
diharapkan akan memberi arah, memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan
anaknya ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas
dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua tidak hanya cukup memberi makan,
minm dan pakaian saja kepada anak- anaknya tetapi harus berusaha agar anaknya
menjadi baik, pandai, bahagia dan berguna bagi hidupnya dan masyarakat. Orang
tua dituntut harus dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar
secara jasmani dan rohani dapat bekembang secara optimal dan seimbang.
2.2 Kerangka
Berpikir
Dalam tatanan keluarga, orang tua
ditempatkan pada kedudukanyang tinggi dan mulia. Kedudukan inilah yang
menjadikan tanggung jawab dan kewajiban anggota keluarga menjadi tanggung
jawabnya. Keluarga merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting
dalam kehidupan anak selain sekolah dan masyarakat.
Keluarga juga sebagai sentral
pendidikan dalam segala aspek, baik agama, pendidikan umum, sekaligus sebagai
tempat untuk beribadah yang serempak untuk mengembangkan anak – anak agar lebih
berpotensi dalam segala hal.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya
selalu berusaha menciptakan keluarga yang rukun karena pendidikan anak dimulai
dalam keluarga. Sedangkan sekolah dalam hal ini merupakan pendidikan lanjutan.
Selain itu tingkat pendidikan orang
tua juga sangat menentukan hasil belajar anak. Dengan tingkat pendidikan orang
tua yang tinggi bisa memberikan pengetahuan, dan perhatian yang baik untuk
pendidikan anak, dibandingkan keluarga yang tingkap pendidikannya rendah.
Jadi tingkat pendidikan orang tua
memiliki hubungan yang positif dalam pembentukan karakter dan hasil belajar
anak. Dengan pengetahuan dan perhatian
terhadap anak akan memberikan banyak motivasi belajar yang baik, baik di rumah,
sekolah, dan masyarakat.
Hipotesis penelitian
adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran
sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar suatu
panduan dalam verifikasi. Hipotesis juga diartikan sebagai “suatu gambaran yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”.
Jadi hipotesis sangat penting artinya
dalam memberikan arahan dan pedoman bagi suatu penelitian. Dengan kata lain
agar penelitian tidak terlalu menyimpang dari apa yang telah ditargetkan.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan
orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas 4 pada pelajaran agama islam di
SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.
2. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
pendidikan orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas 4 pada pelajaran agama
islam di SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.
BAB 3. METODE
PENELITIAN
3.1 Rancangan
Penelitian
Menurut
Nana Syaodih Sukmadinata (2007:52) Rancangan penelitian merupakan rancangan
untuk menggambarkan prosedur atau langkah – langkah yang harus ditempuh, waktu
penelitian, sumber data, dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara
bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian Ex-Post Facto dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sukardi (2012:
15) ”Penelitian Ex-Post Facto adalah penelitian dimana variabel-variabel bebas
telah terjadi ketika penelitian mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam
suatu penelitian”, sedangkan pendekatan data kuantitatif adalah semua informasi
atau data yang diperoleh diwujudkan dengan angka. Hasil penelitian yang
berwujud data kuantitatif akan dianalisis dengan teknik statistika.
Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini
merupakan penelitian kausal komparatif. Menurut Sukardi (2012: 171), penelitian
kausal komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari
mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya, kemudian dia
berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya. Penelitian ini ditunjukkan
untuk mengetahui Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas 4 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 3 Kotakan
Kecamatan Situbondo Tahun Pelajaran 2015/2016.
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Keterangan :
X : Tingkat Pendidikan Orang Tua
(Variabel Bebas)
Y : Hasil Belajar (Variabel Terikat)
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi
Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hal. 130).
Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan
Situbondo.
3.2.2
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut . Sampel adalah kelompok kecil
yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan (Sukmadinata,N.S.2009).
Dalam
penelitian ini, ditetapkan bahwa sampelnya adalah jumlah keseluruhan siswa
kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo yaitu sebanyak 15 siswa.
3.3
Definisi Operasional
Yang dimaksud variabel penelitian
adalah suatu atribut,
nilai / sifat dari objek, individu / kegiatan yang mempunyai banyak variasi
tertentu antara satu dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari informasinya serta ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang teliti, yakni:
1.
Tingkat Pendidikan Orang Tua (Variabel X)
Tingkat
Pendidikan Orang Tua adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang
telah ditempuh, melalui pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat
yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA
sampai Perguruan Tinggi. Tingkat Pendidikan Orang Tua diukur dari tingkat
pendidikan terakhir yang sudah ditempuh orang tua baik dari tingkat SD, SMP,
SMA sampai Perguruan Tinggi. Untuk memperoleh data tentang Tingkat Pendidikan
Orang Tua dilakukan dengan menggunakan angket. Penskoran dilakukan dengan
menghitung lama tahun menempuh pendidikan. Dalam penelitian ini skor Tingkat
Pendidikan Orang Tua adalah rata – rata pendidikan antara ayah dan ibu.
Asumsinya bahwa antara ayah dan ibu sudah menyamakan pandangan dan persepsi
untuk mengarahkan dan membimbing anaknya dalam hal pendidikan.
2.
Hasil Belajar (Variabel Y)
Hasil
belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah
kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan
belajar dan dinilai dalam periode tertentu. Dalam pembatasan hasil pembelajaran
yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan
(C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).
3.4
Instrumen Penelitian
Menurut
Suharsimi Arikunto (2010: 160) mengatakan bahwa ”Instrumen penelitian merupakan
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap
dan sistematis sehingga mudah diolah”.
Dalam
penelitian ini digunakan kuesioner / angket. Angket yang disebarkan ke
responden berbentuk angket tidak langsung tertutup dan berjumlah 2 soal. Adapun
kisi – kisinya sebagai berikut:
Variabel
|
Indikator
|
No. Item
|
Jumlah
|
Tingkat
Pendidikan Orang Tua
|
1.
Tingkat Pendidikan
Terakhir Ayah SD, SMP, SMA, S1.
2.
Tingkat Pendidikan
Terakhir Ibu SD, SMP, SMA, S1.
|
1,2
|
2
|
Jumlah
|
2
|
Tabel 3.1 Kisi
– kisi Angket Tingkat Pendidikan Orang Tua
Angket
yang disebarkan kepada responden terdiri atas 4 alternatif jawaban.Adapun
pemberian skor dari setiap jawaban adalah sebagai berikut:
Tingkat Pendidikan Orang Tua
|
Skor
|
SD
|
1
|
SMP
|
2
|
SMA
|
3
|
S1
|
4
|
Tabel 3.2 Skor pertanyaan
Untuk
variabel hasil belajar siswa menggunakan instrumen dokumentasi yaitu, nilai
raport siswa dalam kurun waktu tertentu sebagai bagian dari instrumen
penelitian dengan pengembangan skala rata- rata hasil belajar yang diperoleh
siswa di mata pelajaran pendidikan agama islam. Hasil belajar siswa
dalam kurun waktu tertentu tergambar dalam nilai raport siswa, sehingga
pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi nilai raport siswa kelas 4
semester 2 tahun pelajaran 2015/ 2016.
3.5
Metode Pengumpulan Data
Adapun
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field
research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke
obyek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
3.5.1
Angket (Kuesioner)
Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Teknik pemgumpulan data seperti ini cocok digunakan untuk bila
jumlah responden cukup besar atau tersebar diwilayah yang luas Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G, hlm.
199). Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah skali likert berdimensi
interval 4 alternatif yaitu :
1)
Pendidikan terakhir SD
Skor 1
2)
Pendidikan terakhir
SMP Skor 2
3)
Pendidikan terakhir
SMA Skor 3
4)
Pendidikan terakhir S1
Skor 4
3.5.2
Dokumentasi
Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G, hlm. 329). Metode dokumen ini
digunakan untuk mendapatak data mengenai profil sekolah seperti visi dan misi,
dan juga untuk mendapatkan data nama-nama peserta didik. Setelah data-data
terkumpul langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data-data, menafsirkan
dan menginterpretasikan hasil penelitian. Dalam penelitian ini merupakan data
primer yaitu melihat dokumen hasil belajar siswa pada nilai rapot siswa kelas 4
SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.
3.6
Analisis Data
3.6.1
Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kehandalan dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Butir angket
dikatakan valid jika r hasil
observasi adalah positif dan besarnya 0,3 ke atas (Sugiyono, 2012:142). Uji
Validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows.
Keterangan:
rxy = Korelasi
product moment
X
= Skor total dari setiap item
Y = Skor/nilai dari
setiap item
N
= Jumlah sampel
3.6.2
Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2006: 154)
menyatakan “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik”.
Uji reliabilitas dilakukan dengan
rumus cronbach alpha. Apabila koefisien Cronbach
Alpha (r11) ≥ 0,7 maka dapat dikatakan instrumen tersebut reliabel
(Johnson & Christensen, 2012).
Sama halnya dengan Uji Validitas,
Uji Reliabilitas juga dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0
for windows.
Rumus Alpha Cronbach:
Keterangan :
r11
|
= reliabilitas
instrument
|
k
|
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
|
= jumlah varians
butir
|
|
= varians total
|
4
Uji t-test
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dapat
menggunakan t-test berbantuan SPSS
16.0 for windows. Dengan taraf
signifikan 0,05 dan penentuan kriteria penerimaan dan penolakan.
Terima H0 jika signifikan ≥ (α) = 0,05
Tolak H0 jika signifikan ≤ (α) = 0,05
ANGKET TINGKAT PENDIDIKAN
ORANG TUA
Petunjuk
Pengisian Angket:
1
Tulislah identitas Anda dengan
benar terlebih dahulu
2
Identitas anda akan dirahasiakan
karena pengisian identitas anda hanya semata-mata digunakan untuk mempermudah
dalam pengolahan data
3
Perhatikan dengan seksama
pernyataan yang ada
4
Jawablah sesuai dengan kondisi
diri Anda
5
Jawablah dengan memilih dari
alternatif jawaban kemudian lingkari huruf pada jawaban anda serta lengkapi
titik-titik di jawaban yang anda pilih apabila anda memilih jawaban ber
titik-titik kosong
6
Angket ini digunakan untuk
mengetahui tingkat pendidikan orang tua dan tidak ada pengaruh terhadap nilai
mata pelajaran yang bersangkutan.
Nama
:
No.
Ab sen :
Kelas
:
Angket
Tingkat Pendidikan Orang Tua
1.
Tingkat pendidikan terakhir Ayah
Anda adalah :
a.
SD / MI
b.
SMP / Sederajat
c.
SMA / Sederajat
d.
Perguruan Tinggi
2.
Tingkat pendidikan terakhir Ibu
Anda adalah :
a.
SD / MI
b.
SMP / Sederajat
c.
SMA / Sederajat
d.
Perguruan Tinggi
hallo kak, perkenalkan saya febriana. saya ingin meminta bantuan kakak, terkait dengan judul penelitian yang kakak unggah ini, semoga kakak berkenan membalas pesan ini, terimaksih :).
BalasHapus