Jumat, 10 Februari 2017

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS 4 PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN 3 KOTAKAN KECAMATAN SITUBONDO



DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB 1.   PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang................................................................................. 1
1.2     Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3     Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
1.4     Manfaat Penelitian........................................................................... 6
BAB 2.   TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Pembahasan Teori............................................................................. 7
2.1.1 Pengertian Pendidikan............................................................ 7
2.1.2 Hasil Belajar.......................................................................... 10
2.1.3 Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Anak                       13
2.2.   Kerangka Berpikir............................................................................ 6
2.3.   Hipotesis Penelitian........................................................................ 15
BAB 3.   METODE PENELITIAN
3.1.   Rancangan Penelitian..................................................................... 16
3.2.   Populasi dan Sampel...................................................................... 17
3.3.   Definisi Operasional....................................................................... 17
3.4.   Instrumen Penelitian....................................................................... 18
3.5.   Metode Pengumpulan Data............................................................ 19
3.6.   Analisis Data ................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN –LAMPIRAN


BAB 1. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkaan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya (Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal. 37). Untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan tersebut manusia memasuki dunia pendidikan melalui proses belajar, dalam proses tersebut muncul pengaruh yang dapat membawa perubahan sikap atas manusia yang dipengaruhinya. Seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menurut setiap orang untuk membekali dirinya lebih baik sehingga mampu membekali diri dengan perkembangan yang ada. Salah satu untuk membekali diri adalah pendidikan, baik formal maupun non formal. Komponen yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan ada tiga unsur yaitu orang tua, masyarakat, dan pemerintah (Zaiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta 1996, hal. 34).
Dalam dunia pendidikan formal, fenomena belajar mengajar lebih menekankan pada tercapainya kegiatan pada diri siswa (murid), karena memang pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur. Melalui pendidikan yang terstruktur seseorang akan memiliki daya pemikiran yang berbeda, dari sejak pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Begitupun pengaruhnya pada siswa yang memiliki orang tua yang latar belakang pendidikan formal orang tua yang berbeda mereka pasti memiliki sikap, moral dan perilaku yang berbeda dalam kehidupan kesehariannya. Menjadi orang tua tidak hanya penting bagi keberadaan kita sekarang, tetapi juga bagi masa depan anak-anak kita, terutama membekalinya dengan Pendidikan Agama Islam bagi anak, karena kelak orang tua yang memiliki anak yang sukses dan berprestasi dalam belajarnya merupakan sebuah petualangan, penuh dengan kejutan – kejutan dan perubahan – perubahan. Pada masyarakat modern tugas dan tanggung jawab pendidikan pada anak diserahkan kepada suatu lembaga, yaitu sekolah. Sekolah disini merupakan tempat melakukan kegiatan belajar dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam mewujudkan lembaga pendidikan diatas orang tua siswa selalu dilibatkan dalam kualitas pendidikan anaknya, oleh karena itu begitu pentingnya latar belakang pendidikan orang tua bagi anak, sebagai motivator yang aktif.
Dalam dunia pendidikan, proses belajar mengajar lebih menekankan terciptanya kegiatan belajar siswa.Kegiatan yang dilaksanakan pada akhir tahunnya atau akhir semester dilakukan penilaian (evaluasi). Penilaian sebagai alat akhir untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar siswa yang dapat disebut pula dengan sebagai hasil belajar siswa. Hasil belajar ini secara nyata akan dapat diketahui oleh siswa setiap akhir semester dinyatakan dalam bentuk angka – angka nilai raport.
Lingkungan tempat tinggal dan adanya dorongan internal yang muncul dari dalam diri anak sehingga timbul suatu kebiasaan pada diri anak, hal itu merupakan pengaruh dasar dari orang tua apalagi pengaruh religi pada diri anak yang sangat mendarah daging. Begitupun pengaruh eksternal yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam anak tersebut. Namun jika tidak mempunyai minat yang tinggi dalam dirinya, akan mendapat hambatan dalam mencapai hasil belajarnya, sehingga hasil yang dicapai dibawah yang semestinya.
Ada juga persepsi yang menyatakan bahwa orang tua yang tingkat pendidikannya tinggi, belum tentu ia mampu memberi perhatian yang penuh terhadap pendidikan anaknya, begitu sebaliknya ada orang tua yang tingkat pendidikannya rendah tetapi sangat besar perhatiannya terhadap pendidikan anaknya. Namun hakikatnya sangat berbeda sekali orang tua yang berpendidikan tinggi dengan orang tua yang berpendidikan rendah yang pasti kelihatan dalam pengaplikasiannya seorang anak dalam kehidupan perilaku sehari – hari, orang tua yang berpendidikan tinggi mereka pasti lebih tahu dan mengerti cara mendidik dan mengarahkan anaknya, mereka mampu memberikan respon yang tepat dan pengasuhan yang efektif dan mengasyikkan terhadap anaknya. Di samping itu dalam buku Adventures In Parenting disebutkan bahwa orang tua yang berpendidikan mereka mampu belajar mengendalikan diri dalam menghadapi anak mereka dan belajar menajamkan kepekaan dalam menghadapi anak mereka. Orang tua yang berpendidikan mereka sangat mengerti dan paham bahwa mereka tidak akan meninggalkan generasi mereka atau anak – anak mereka dalam keadaan lemah, lemah disini lebih ditekankan dalam artian lemah dari segi intelektualnya untuk berprestasi.
Dalam Al-Qur’an disebutkan Qs. An-Nisa' : 9 Artinya : "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak – anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar". Melalui tercapainya sarana belajar yang memadai, lingkungan tempat tinggal terutama keluarga, minat belajar siswa dan tingkat pendidikan orang tua yang berbeda. Semua akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang sangat diharapkan orang tua siswa tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor internal yang timbul dari anak itu sendiri dan faktor eksternal yang timbul diluar pribadinya terutama orang tua sangat berpengaruh dalam pencapaian prestasi anak – anaknya.
Berdasarkan hasil observasi pada SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo dan wawancara dengan salah satu guru SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo, dimana sekolah ini menerima siswa – siswi dari berbagai macam latar belakang tingkat pendidikan orang tua yang berbeda. Keragaman tingkat pendidikan orang tua tersebut dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa pada Pelajaran Agama Islam dalam hal memberikan perhatian, dan sarana belajar yang memadai kepada anaknya, sehingga tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan anak. Nilai KKM Pendidikan Agama Islam di kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo adalah 70. Dari seluruh siswa kelas 4 yang berjumlah 15 tersebut, hanya ada 5 siswa yang mendapat nilai diatas KKM dan sisanya 10 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Cholilah (2007) dengan judul, “Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa MI Hayatul Islam Tanah Abang Jakarta Pusat Tahun 2006/2007”, menjelaskan orang tua yang berpendidikan tinggi kemungkinan besar prestasi yang diraih anaknya akan lebih baik, karena selalu dalam bimbingan dan pengawasan. Sedangkan orang tua yang berpendidikan rendah mereka hanya sebatas menyuruh belajar dan mengawasi dikarenakan keterbatasan ilmu.
Hasil Penelitian Isna Atik Wildayati (2012), “Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2011/2012”. Adapun hasil penelitiannya adalah Tingkat pendidikan formal orang tua tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dengan prestasi bidang studi PAI di SMP N 1 Ambarawa tahun ajaran 2011/2012. Hal itu dibuktikan dari hasil analisis regresi satu prediktor, diperoleh Freg = 0,503. Kemudian dikonsultasikan dengan Ft pada taraf signifikansi 5% (Ft = 4,08) dan pada taraf signifikansi 1% (Ft =7,31), jadi Freg < Ft yang artinya tidak signifikan. Sedangkan besar pengaruhnya setelah melewati uji statistik dengan koefesien determinasi diketahui variabel X (tingkat pendidikan formal orang tua) berpengaruh 1,3% terhadap variabel Y (prestasi belajar) sedangkan sisanya, variabel Y dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Septi Wulandari (2013) dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V A di SDN Rejondani Madurejo Prambanan Sleman Yogyakarta Semester I Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil yang diperoleh dari korelasi product moment sebesar 0.395 atau 39.5% dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05 berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu terhadap prestasi belajar siswa kelas V A di SDN Rejondani Madurejo Prambanan Sleman Yogyakarta semester I Tahun ajaran 2012/2013.
Dari beberapa uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 4 pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 3 Kotakan“. Alasan peneliti melakukan penelitian di SDN 3 Kotakan, karena sekolah tersebut mempunyai latar belakang tingkat pendidikan orang tua siswa kelas 4 yang berbeda – beda. Sehingga memudahkan peneliti untuk mengetahui adakah pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas 4 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 3 Kotakan.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dapat peneliti rumuskan sebagai berikut :
1.      Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo?

1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin peneliti capai adalah sebagai berikut :
1.      Menjelaskan pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas 4SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.





1.4  Manfaat Penelitian
Dari informasi tujuan tersebut, peneliti berharap penelitian ini bermanfaat :
1.      Bagi Orang Tua Murid :
Sebagai informasi bimbingan, mengarahkan dan menciptakan lingkungan religi yang baik yang diberikan pada anaknya agar dapat memeperoleh prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.
2.      Bagi sekolah :
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijaksanaan dalam upaya meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam disekolah, dan sebagai bahan pustaka disekolah :
3.      Bagi Peneliti :
Diharapkan dapat memberi sumbangan dan penelitian lebih lanjut dan memperkuat serta menambah wawasan sekaligus kreatifitas berfikir dalam penulisan karya ilmiah.
4.      Bagi Pembaca : 
Mendapat ilmu pengetahuan dan tambahan wawasan.

 


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembahasan Teori
2.1.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada umumnya berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain, menuju kearah suatu cita- cita tertentu (Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), cet. 1., hlm. 6.). Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya(Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 15., hlm. 11.).
“Education is a process of overcoming natural inclination and subtituting in its place habits acquired under external pressure” (John Dewey, Experience and Education, 1st. Ed., (New York: Touchstone Rockefeller Center, 1997), hlm. 17.). (Pendidikan adalah proses mengatasi kecenderungn alami dan menggantikannya dalam kebiasaan yang diperoleh dengan keadaan tertekan).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah arahan dan bimbingan kepada seseorang dan merupakan pengaruh dari pengalaman belajar yang terus-menerus dialami seseorang untuk mencapai sutu tingkat kedewasaan.

a. Pendidikan Orang Tua
Dapat kita ketahui bahwa setiap orang tua mempunyai tingkat kehidupan yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga mampu, dan ada yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ada yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi, ada pula yang berasal dari keluarga berpendidikan rendah. Kesemuanya itu mengakibatkan perbedaan tingkat pendidikan yang dialami seseorang. Bagi mereka yang berasal dari keluarga mampu banyak mendapatkan kesempatan yang setinggi-tingginya untuk sekolah, karena biaya mendukung. Sebaliknya pula bagi mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, tidak banyak mendapatkan kesempatan yang tinggi untuk sekolah karena biaya yang tidak mendukung. Demikian juga bagi mereka yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi,merekapun mungkin akan memperoleh kesempatan untuk sekolah yang tinggi karena orang tuanya akan mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Akan tetapi, bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang pendidikannya, mungkin mereka kurang banyak mendapat kesempatan untuk sekolah karena orang tua kurang tahu akan tanggung jawabnya pada pendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu pengalaman yang dialami seseorang khususnya pengalaman pendidikan berbeda-beda, baik dilihat dari jalur maupun jenjang pendidikannya. Untuk lebih jelasnya, maka penulis uraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, antara lain:

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dialami dalam suatu lembaga formal (maupun informal). Sedangkan orang tua diartikan ayah-ibu kandung (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. 3., hlm. 802).
Adapun tingkat pendidikan orang tua yang dimaksud disini adalah jenjang pendidikan formal yang dialami orang tua yaitu tingkat pendidikan dasar (lulusan SD/MI dan SMP/MTs), tingkat pendidikan menengah (SMA/MA/SMK atau lainnya yang sederajat) dan tingkat pendidikan tinggi (perguruan tinggi, diploma atau sarjana), jenjang pendidikan informal dan jenjang pendidikan non formal.

c. Fungsi Tingkat Pendidikan Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak- anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dri pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga (Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 35). Kegagalan orang tua dalam membina anak untuk menjadikan anak yang baik tidak akan terjadi manakala orang tuanya menjalankan fungsi atau perannya sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap anaknya.
Dalam keluarga, orang tua mempunyai peranan yang sangat vital terhadap kemajuan keluarganya yang meliputi pendidikan anak- anaknya. Sehingga menurut M. Ngalim Purwanto, orang tua dapat dikatakan sebagai pendidik sejati, pendidik karena kodratnya (M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet. 13., hlm. 80).
Setiap orang tua memiliki keinginan agar anak-anaknya tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang berprestasi dalam pendidikan. Orang tua ingin agar anak-anak mereka dapat meraih prestasi yang maksimal di sekolah. Mereka pun mengharapka agar anak-anaknya memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia yang dicintai oleh banyak orang.
Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi dan pengalaman yang banyak tentunya akan mempengaruhi gaya kepemimpinannya di dalam keluarga. Sebab semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan bertambah luas pandangan dan wawasannya, termasuk dalam mengatur keuarganya.
Untitledq.pngBahkan di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa antara orang yang “tahu” (berilmu dan tingkat pendidikannya tinggi)berbeda dengan orang yang “tidak tahu” (sedikit ilmunya dan berpendidikan rendah) dalam cara berpikirnya. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam (Q.S. az- Zumar/39:9):

Untitledq.png

... Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (Departemen Agama RI, AL-JUMANATUL ‘ALI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005), hlm. 459).
Di dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa manusia yang beriman dan berilmu (tinggi) akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Di dalam al-Quran Allah SWT. telah berfirman dalam (Q.S. al- Mujadilah/58:11) :
Untitled.pngUntitled.png

“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Departemen Agama RI, AL-JUMANATUL ‘ALI Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 543).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi tingkat pendidikan orang tua dalam keluarga adalah akan dapat memajukan kepemimpinannya dalam keluarga, terutama dalam mendidik anak- anaknya.

2.1.2 Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2005:3) menyatakan bahwa hasil belajar pada siswa hakikatnya adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspekkognitif, afektif dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006:10) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Eko Putro Widoyoko (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.
Benyamin Bloom (Nana Sudjana , 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut.
1) Reciving/ attending (penerimaan)
2) Responding (jawaban)
3) Valuing (penilaian)
4) Organisasi
5) Karaakteristik nilai atau internalisasi nilai
c. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar;
2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain;
4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;
5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;
6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007: 121) mengungkapkan ranah kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat dilatih di SMP dan SMA dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang ada. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah, misalnya mengingat rumus, istilah, nama-nama tokoh atau nama-nama kota. Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan, misalnya memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Sedangkan aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Menerapkan abstraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, model atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu.
Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 23).
Dalam pembatasan hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).

2.1.3 Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa : orang tua artinya ayah dan ibu (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), hal. 99).
Sedangkan menurut Miami M.Ed. dikemukakan bahwa : .orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya (Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi Terapan, (Jakarta :Rajawali Press,1982), hal. 8).
Orang tua sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapat anak yang akan menjadi generasi penerus.
Untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya di dalam mengembangkan dan bimbingan generasi penerus yang baik, sehat jasmani dan rohani maka perlu pola pemikiran yang terpadu antara suami istri atau orang tua yang berasal dari dua kutub yang berbeda, mereka harus saling mempunyai toleransi dan penyesuaian diri yang baik, sehingga kedua belah pihak saling melengkapi, bila masing-masing dapat menahan diri untuk tidak mementingkan diri sendiri, maka akan dapat tercipta suatu keluarga harmonis dan bahagia. Orang tua adalah figur dalam proses pembentukan kepribadian anak, sehingga diharapkan akan memberi arah, memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anaknya ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua tidak hanya cukup memberi makan, minm dan pakaian saja kepada anak- anaknya tetapi harus berusaha agar anaknya menjadi baik, pandai, bahagia dan berguna bagi hidupnya dan masyarakat. Orang tua dituntut harus dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan rohani dapat bekembang secara optimal dan seimbang.

2.2 Kerangka Berpikir
            Dalam tatanan keluarga, orang tua ditempatkan pada kedudukanyang tinggi dan mulia. Kedudukan inilah yang menjadikan tanggung jawab dan kewajiban anggota keluarga menjadi tanggung jawabnya. Keluarga merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting dalam kehidupan anak selain sekolah dan masyarakat.
Keluarga juga sebagai sentral pendidikan dalam segala aspek, baik agama, pendidikan umum, sekaligus sebagai tempat untuk beribadah yang serempak untuk mengembangkan anak – anak agar lebih berpotensi dalam segala hal.
            Oleh karena itu, orang tua hendaknya selalu berusaha menciptakan keluarga yang rukun karena pendidikan anak dimulai dalam keluarga. Sedangkan sekolah dalam hal ini merupakan pendidikan lanjutan.
            Selain itu tingkat pendidikan orang tua juga sangat menentukan hasil belajar anak. Dengan tingkat pendidikan orang tua yang tinggi bisa memberikan pengetahuan, dan perhatian yang baik untuk pendidikan anak, dibandingkan keluarga yang tingkap pendidikannya rendah.
            Jadi tingkat pendidikan orang tua memiliki hubungan yang positif dalam pembentukan karakter dan hasil belajar anak.  Dengan pengetahuan dan perhatian terhadap anak akan memberikan banyak motivasi belajar yang baik, baik di rumah, sekolah, dan masyarakat.




 










2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar suatu panduan dalam verifikasi. Hipotesis juga diartikan sebagai “suatu gambaran yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
      Jadi hipotesis sangat penting artinya dalam memberikan arahan dan pedoman bagi suatu penelitian. Dengan kata lain agar penelitian tidak terlalu menyimpang dari apa yang telah ditargetkan.
      Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas 4 pada pelajaran agama islam di SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.
2.      Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas 4 pada pelajaran agama islam di SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
            Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007:52) Rancangan penelitian merupakan rancangan untuk menggambarkan prosedur atau langkah – langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Ex-Post Facto dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sukardi (2012: 15) ”Penelitian Ex-Post Facto adalah penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika penelitian mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian”, sedangkan pendekatan data kuantitatif adalah semua informasi atau data yang diperoleh diwujudkan dengan angka. Hasil penelitian yang berwujud data kuantitatif akan dianalisis dengan teknik statistika.
Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif. Menurut Sukardi (2012: 171), penelitian kausal komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya, kemudian dia berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya. Penelitian ini ditunjukkan untuk mengetahui Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 4 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo Tahun Pelajaran 2015/2016.
 


Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan      :
X         : Tingkat Pendidikan Orang Tua (Variabel Bebas)
Y         : Hasil Belajar (Variabel Terikat)


3.2  Populasi dan Sampel
3.2.1        Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hal. 130).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.
3.2.2        Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut . Sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan (Sukmadinata,N.S.2009).
Dalam penelitian ini, ditetapkan bahwa sampelnya adalah jumlah keseluruhan siswa kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo yaitu sebanyak 15 siswa.

3.3  Definisi Operasional
Yang dimaksud variabel penelitian adalah suatu atribut, nilai / sifat dari objek, individu / kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari informasinya serta ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang teliti, yakni:
1.      Tingkat Pendidikan Orang Tua (Variabel X)
Tingkat Pendidikan Orang Tua adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh, melalui pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Tingkat Pendidikan Orang Tua diukur dari tingkat pendidikan terakhir yang sudah ditempuh orang tua baik dari tingkat SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Untuk memperoleh data tentang Tingkat Pendidikan Orang Tua dilakukan dengan menggunakan angket. Penskoran dilakukan dengan menghitung lama tahun menempuh pendidikan. Dalam penelitian ini skor Tingkat Pendidikan Orang Tua adalah rata – rata pendidikan antara ayah dan ibu. Asumsinya bahwa antara ayah dan ibu sudah menyamakan pandangan dan persepsi untuk mengarahkan dan membimbing anaknya dalam hal pendidikan.
2.      Hasil Belajar (Variabel Y)
Hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu. Dalam pembatasan hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).

3.4  Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 160) mengatakan bahwa ”Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah”.
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner / angket. Angket yang disebarkan ke responden berbentuk angket tidak langsung tertutup dan berjumlah 2 soal. Adapun kisi – kisinya sebagai berikut:

Variabel
Indikator
No. Item
Jumlah
Tingkat Pendidikan Orang Tua
1.    Tingkat Pendidikan Terakhir Ayah SD, SMP, SMA, S1.
2.    Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu SD, SMP, SMA, S1.
1,2
2
Jumlah

2
Tabel 3.1 Kisi – kisi Angket Tingkat Pendidikan Orang Tua


Angket yang disebarkan kepada responden terdiri atas 4 alternatif jawaban.Adapun pemberian skor dari setiap jawaban adalah sebagai berikut:

Tingkat Pendidikan Orang Tua
Skor
SD
1
SMP
2
SMA
3
S1
4
    Tabel 3.2 Skor pertanyaan

Untuk variabel hasil belajar siswa menggunakan instrumen dokumentasi yaitu, nilai raport siswa dalam kurun waktu tertentu sebagai bagian dari instrumen penelitian dengan pengembangan skala rata- rata hasil belajar yang diperoleh siswa  di mata pelajaran pendidikan agama islam.  Hasil belajar siswa dalam kurun waktu tertentu tergambar  dalam nilai raport siswa, sehingga pengumpulan data dilakukan  dengan dokumentasi nilai raport siswa kelas 4 semester 2 tahun  pelajaran 2015/ 2016. 

3.5 Metode Pengumpulan Data
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
3.5.1        Angket (Kuesioner)
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Teknik pemgumpulan data seperti ini cocok digunakan untuk bila jumlah responden cukup besar atau tersebar diwilayah yang luas Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G, hlm. 199). Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah skali likert berdimensi interval 4 alternatif yaitu :
1)      Pendidikan terakhir SD Skor 1
2)      Pendidikan terakhir SMP Skor 2
3)      Pendidikan terakhir SMA Skor 3
4)      Pendidikan terakhir S1 Skor 4

3.5.2        Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G, hlm. 329). Metode dokumen ini digunakan untuk mendapatak data mengenai profil sekolah seperti visi dan misi, dan juga untuk mendapatkan data nama-nama peserta didik. Setelah data-data terkumpul langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data-data, menafsirkan dan menginterpretasikan hasil penelitian. Dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu melihat dokumen hasil belajar siswa pada nilai rapot siswa kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo. 

3.6  Analisis Data
3.6.1        Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Butir angket dikatakan valid jika r hasil observasi adalah positif dan besarnya 0,3 ke atas (Sugiyono, 2012:142). Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows.




Keterangan:
                  rxy = Korelasi product moment
                  X = Skor total dari setiap item           
                  Y = Skor/nilai dari setiap item
                  N = Jumlah sampel
                 
3.6.2        Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2006: 154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.
Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus cronbach alpha. Apabila koefisien Cronbach Alpha (r11) ≥ 0,7 maka dapat dikatakan instrumen tersebut reliabel (Johnson & Christensen, 2012).
Sama halnya dengan Uji Validitas, Uji Reliabilitas juga dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows.

      Rumus Alpha Cronbach:
Keterangan :
r11
= reliabilitas instrument
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir
= varians total










4        Uji t-test
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dapat menggunakan t-test berbantuan SPSS 16.0 for windows. Dengan taraf signifikan 0,05 dan penentuan kriteria penerimaan dan penolakan.
Terima H0 jika signifikan ≥ (α) = 0,05
Tolak H0 jika signifikan ≤ (α) = 0,05



ANGKET TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

Petunjuk Pengisian Angket:
1        Tulislah identitas Anda dengan benar terlebih dahulu
2        Identitas anda akan dirahasiakan karena pengisian identitas anda hanya semata-mata digunakan untuk mempermudah dalam pengolahan data
3        Perhatikan dengan seksama pernyataan yang ada
4        Jawablah sesuai dengan kondisi diri Anda
5        Jawablah dengan memilih dari alternatif jawaban kemudian lingkari huruf pada jawaban anda serta lengkapi titik-titik di jawaban yang anda pilih apabila anda memilih jawaban ber titik-titik kosong
6        Angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua dan tidak ada pengaruh terhadap nilai mata pelajaran yang bersangkutan.

Nama               :
No. Ab            sen       :
Kelas               :

Angket Tingkat Pendidikan Orang Tua
1.      Tingkat pendidikan terakhir Ayah Anda adalah :
a.       SD / MI
b.      SMP / Sederajat
c.       SMA / Sederajat
d.      Perguruan Tinggi

2.      Tingkat pendidikan terakhir Ibu Anda adalah :
a.       SD / MI
b.      SMP / Sederajat
c.       SMA / Sederajat
d.      Perguruan Tinggi


1 komentar:

  1. hallo kak, perkenalkan saya febriana. saya ingin meminta bantuan kakak, terkait dengan judul penelitian yang kakak unggah ini, semoga kakak berkenan membalas pesan ini, terimaksih :).

    BalasHapus