BAB
2. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian IPS
IPS adalah
bidang kajian atau studi tentang fenomena – fenomena yang terjadi dalam sosial
kemasyarakatan yang merupakan dampak dari hubungan dan interaksi antar sesama
manusia yang berlandaskan pada nilai – nilai edukatif, praktis, teoritis,
filsafat dan ketuhanan.
IPS menggunakan
pendekatan multidisiplin, artinya masih dapat berkembang tergantung dari
disiplin apa yang akan kita gunakan.
Dalam IPS, kita
mengenal sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu
hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dsb. Mata pelajaran tersebut memiliki
objek material kajian yang sama yaitu manusia.
Dalam bidang
pengetahuan sosial, kita mengenal banyak istilah yang kadang – kadang dapat
mengacaukan pemahaman. Istilah tersebut meliputi: Ilmu Sosial ( Social
Science), Studi Sosial ( Social Studies ), dan Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ).
1.
Ilmu
Sosial (Social Science)
Ilmu Sosial adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat. Ada bermacam – macam aspek tingkah laku manusia dalam masyarakat,
seperti aspek ekonomi, sikap, mental, budaya, dan hubungan sosial. Studi khusus
tentang aspek – aspektingkah laku manusia inilah yang menghasilkan ilmu sosial,
seperti ekonomi, ilmu hukum, ilmu politik, psikologi, sosiologi, dan
antropologi.
Jadi setiap bidang keilmuan itu
mempelajari salah satu aspek tingkah lakumanusia sebagai anggota masyarakat.
Ekonomi mempelajari aspek kebutuhan materi, antropologi mempelajari aspek
budaya, sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial, psikologi mempelajari
aspek kejiwaan, demikian pula bidang keilmuan yang lain.
Sedangkan yang menjadi obyek materialnya
adalah sama, yaitu manusia sebagai anggota masyarakat.
Ilmu sosial terdiri dari disiplin – disiplinilmu pengetahuan
sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan
tinggi yang makin lanjut dan makin ilmiah
2.
Studi
Sosial (Social Studies)
Merupakan suatu bidang keilmuan atau
disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang
gejala dan masalah sosial. Studi sosial tidak selalu bertaraf akademis
universitas, bahkan merupakan bahan – bahanpelajaran bagi siswa sejak
pendidikan dasar. Selanjutnya studi sosial dapat berfungsi sebagai pengantar
kepada disiplin ilmu sosial bagi pendidikan lanjutan atau jenjang berikutnya.
Studi sosial bersifat interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalah – masalahtertentu
berdasarkan sesuatu referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil
mencari logika dari hubungan – hubunganyang ada satu dengan lainnya.
Oleh karena itu studi sosial tidak
terlalu bersifat akademis teoretis, melainkan merupakan pengetahuan praktis
yang dapat diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.
Pendekatan studi sosial bersifat interdisipliner atau multidisipliner dengan
menggunakan berbagai bidang keilmuan. Maksudnya bahwa studi sosial dalam
meninjau suatu gejala sosial atau masalah sosial dilihat dari berbagai
dimensi/sudut/segi/aspek kehidupan.
Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa
studi sosial lebih memperlihatkan suatu bentuk gabungan ilmu sosial. Tugas
studi sosial, sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat SD sampai ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, adalah membina warga masyarakat yang
mampu menyerasikan kehidupannya berdasarkan kekuatan – kekuatan fisik dan
sosial dan mampu memecahkan masalah – masalahsosial yang dihadapinya.
3. Pengetahuan Sosial (IPS)
Bagi sekelompok kecil ahli
pendidikan di Indonesia, istilah IPS telah digunakan dalam kurikulum 1975, nama tersebut telah di ungkapkan
dalam berbagai pertemuan ilmiah. Namun
sejak tahun 1976 nama IPS telah menjadi nama baku.
Ide IPS berasal dari literatur
pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social
Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama
sebuah Komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada
tahun 1913. Nama Komite itulah yang kemudian digunakan sebagai nama kurikulum
yang mereka hasilkan. Meskipun nama “Social Studies” menjadi
makin terkenal pada tahun 1960-an, ketika pemerintah mulai memberikan dana
untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
Pada waktu Indonesia memperkenalkan
konsep IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah persis sama dengan Social
Studies yang ada di Amerika Serikat.
Ini mengisyaratkan adanya
penyesuaian – penyesuaian tertentu, Karena setiap ide yang datang dari luar
kita terima kalau memang sesuai dengan kondisi masyarakat kita.
Definisi IPS menurut Saidiharjo
(1996:4) IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian dari sejumlah mata
pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata
pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan
menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial. jelas bahwa IPS adalah
fusi dari disiplin ilmu-ilmu sosial.
Dengan
demikian sebenarnya IPS berinduk kepada ilmu – ilmusosial, dengan pengertian
bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep dan
prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu – ilmusosial untuk melakukan pendekatan,
analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan
pada pengajaran IPS.
2.2.
Sejarah
Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial
Bidang studi IPS yang masuk ke
Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat dengan nama asli di negara
asalnya disebut Social Studies. Pertama kali SocialStudies
dimasukkan dalam kurikulum sekolah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827,
atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri. Pada pertengahan abad 18
di Inggris terjadi Revolusi Industri yang ditandai dengan perubahan penggunaan
tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Di sisi lain Revolusi Industri menimbulkan
paham kapitalisme dan dehumanisasi yaitu manusia tidak dihargai sebagai manusia
atau tidak memanusiakan manusia, karena para industrialis lebih menghargai
faktor produksi, modal, dan uang daripada tenaga manusia. Setelah memperhatikan
situasi tersebut maka Thomas Arnold bermaksud menanggulangi proses
dehumanisasi, dengan cara memasukkan Social Studies ke dalam
kurikulum di sekolahnya tujuannya adalah agar siswa mempelajari masalah
interaksi manusia serta ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat (Poerwito,
1991/1992:7).
Latar
belakang dimasukkan Social Studies dalam kurikulum sekolah di
Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi
penyebabnya juga berbeda. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha
keras untuk menjadikan penduduk yang multiras tersebut menjadi merasa satu
bangsa, yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
memasukkan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah di
negara bagian Wisconsin pada tahun
1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi
National dari The NationalEducation Association memberikan
rekomendasi tentang perlunya Social
Studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah (selanjutnya disebut SD dan SM) Amerika Serikat.
Faktor lain yang menyebabkan
dimasukkannya Social Studies ke dalam kurikulum sekolah adalah
keinginan para pakar pendidikan. Mereka menginginkan agar setelah meninggalkan
SD dan SM para siswa menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan
menjalankan hak – hak dan kewajibannya. Para siswa lulusan SD dan SM dapat
hidup bermasyarakat secara seimbang dalam arti memperhatikan kepentingan
pribadi dan masyarakat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari
situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan
G30S/PKI. Setelah keadaan tenang pemerintah “Orde Baru” melancarkan Pembangunan
Lima Tahun (PELITA).
Pada masa Pelita I (1969- 1974) Tim
Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam
bidang pendidikan. Lima masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Masalah kuantitas, berkenaan dengan
perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Masalah kualitas, menyangkut
peningkatan mutu lulusan.
3. Masalah relevansi, berkaitan dengan
kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4. Masalah efektifitas sistem
pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5. Masalah pembinaan generasi muda
dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
Salah satu upaya untuk mengatasi
masalah tersebut adalah melakukan pembaharuan kurikulum sekolah. Pada awal masa
Pelita I, pemerintah membentuk Proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar
(PPKM) yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menciptakan kurikulum
sekolah secara lokal. Pembaharuan kurikulum tersebut dilaksanakan di Sekolah
Laboratorium di IKIP Malang yang dikenal dengan “Sekolah Ibu Pakasi”.
Langkah pemerintah selanjutnya
adalah melakukan pembaharuan sistem pendidikan melalui Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP). Proyek ini menyelenggarakan sekolah percobaan di delapan
IKIP, yaitu Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Ujung
Pandang dan Manado.
Kemudian pemerintah memberlakukan
Kurikulum 1975 bagi semua SD dan SM. Dalam kurikulum ini tercantum bidang studi
IPS, mulai dari SD sampai SM. Secara singkat IPS diartikan sebagai bidang studi
kemasyarakatan secara terpadu (integrasi). Untuk SD, IPS merupakan perpaduan
mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi. Untuk SMP ditambah kependudukan
dan koperasi. Sedangkan untuk SMA, IPS ditambah lagi Tata Buku dan Hitung
Dagang. Setelah Kurikulum 1975 dilaksanakan selama hampir sepuluh tahun,
pemerintah memberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum 1984. Belajar dari
pengalaman implementasi Kurikulum 1975 yang tidak memungkinkan penggunaan IPS
terpadu untuk semua jenjang sekolah, maka dilakukan modifikasi.
Pada Kurikulum 1984, pengajaran IPS
terpadu hanya dilaksanakan di SD, sedangkan di SMP digunakan pendekatan IPS
Terkait (korelasi), dan untuk SMA tidak lagi dikenal IPS terpadu melainkan
diajarkan secara terpisah sehingga muncullah mata pelajaran sejarah,
geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi dan tata negara yang berdiri sendiri.
Pada periode berikutnya, pemerintah
memberlakukan kurikulum baru lagi, yaitu Kurikulum 1994. Menurut Kurikulum
1994, program pengajaran IPS di SD terdiri dari IPS Terpadu dan Sejarah
Nasional. IPS terpadu adalah pengetahuan yang bersumber dari geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi dan ilmu politik yang mengupas tentang berbagai kenyataan
dan gejala dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Sejarah Nasional adalah
pengetahuan mengenai proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau
sampai dengan masa kini. Untuk tingkatSMP, IPS hanya mencakup bahan kajian
geografi, ekonomi, dan sejarah. Khusus mata pelajaran sejarah mencakup materi
yang lebih luas yakni mengenai proses perkembangan masyarakat Indonesia dan
masyarakat dunia sejak masa lampau hingga sekarang. Sedangkan untuk SMA, IPS
tetap diajarkan secara terpisah atau berdiri sendiri.
Dari uraian tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa untuk pertama kalinya mata pelajaran IPS muncul dalam
kurikulum lokal yang dikembangkan oleh sekolah Ibu Pakasi di Malang dan
kemudian diuji cobakan di delapan IKIP di Indonesia dan diimplementasikan
secara nasional sejak diberlakukannya Kurikulum 1975.
2.3.
Rasional
Mempelajari IPS
Pengajaran IPS sangat penting bagi
jenjang pendidikan dasar dan menengah karena siswa yang datang ke sekolah
berasal dari lingkungan yang berbeda – beda. Pengenalan mereka tentang
masyarakat tempat mereka menjadi anggota diwarnai oleh lingkungan mereka
tersebut. Para siswa dapat belajar mengenal dan mempelajari masyarakat baik
melalui media cetak maupun elektronika, misalnya melalui acara televisi, siaran
radio, dan
membaca koran. Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa
SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah – masalah sosial secara
utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada masalah – masalah tersebut.
Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan
tantangan – tantangannya. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran
bahwa kita akan berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan.
Dengan kata lain, IPS mendorong
kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial. Jadi alasan mempelajari IPS
untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut :
1.
Agar
siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah
dimiliki menjadi lebih bermakna.
2.
Agar
siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara
rasional dan bertanggung jawab.
3.
Agar
siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan
antarmanusia.
Jadi IPS adalah ilmu pengetahuan
yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu
lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk
dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar